Diberdayakan oleh Blogger.
 

Kamis, 27 Desember 2012

Kandang untuk Pembesaran Ayam Kampung

1 komentar

kandang-ayam.jpegBerbicara masalah kandang untuk ayam kampung mungkin masalah yang masih asing bagi kita, maklum system pemeliharaan ayam kampung selama ini masih bersifat umbaran (ekstensif). Yaitu ayam kampung dibiarkan tidur di mana saja yang penting masih terlihat pulang ke rumah. Padahal kalau kita sedikit meluangkan waktu untuk memperhatikan masalah kandang ayam kampung maka tidak mustahil banyak sisi manfaat yang akan kita dapatkan. Karena mau diakui atau tidak kandang memegang peranan penting sebagai penyebab timbulnya penyakit dan penyebaran penyakit.Pada peternakan-peternakan dengan model semi intensif atau intensif, kandang ayam kampung sudah mendapat perhatian khusus. Mereka sudah pelajari dan sadar akan pentingnya fungsi kandang untuk ternak mereka seperti halnya arti pentingnya rumah untuk tempat tinggal kita. Apakah kita akan bisa merasa nyaman, enjoy, dan menghasilkan karya terbaik kita di rumah yang kumuh, berdebu, berbau, tidak aman atau bahkan di rumah yang tanpa atap? Ternak kita pun sama, mereka akan demikian dan sebaliknya mereka akan mampu menampilkan produksi terbaiknya kalau kandang yang mereka tempati bersih, nyaman, bersih, udaranya segar, aman dan terlindung dari semua hal yang bisa membahayakan bagi ternak itu sendiri.Di antara syarat kandang yang baik untuk pemeliharaan ayam kampung antara lain :
  1. Terpisah dengan daerah permukiman penduduk minimal 10 meter
  2. Lantai kandang diusahakan lebih tinggi dari tanah sekelilingnya agar kandang selalu kering dan bersih
  3. Kandang tidak lembab dan bocor, sehingga perlu mengganti atau menambah litter secara periodik
  4. Sinar matahari diusahakan bisa masuk, untuk itu diupayakan kandang dibangun membujur dari arah Barat-Timur
  5. Bahan kandang yang digunakan cukup melimpah ketersediannya dan harganya pun murah
  6. Sirkulasi udara cukup baik, lancar dan segar sehingga mampu mengusir bau tidak sedap amoniak atau lainnya
  7. Kandang dibangun mengacu kepada standar kepadatan kandang yang ideal
  8. Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara periodik
Kandang untuk pemelihraan ayam kampung dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, ada kandang untuk umur 1-20 hari, 21-40 hari, 41-60 hari, 61-90 hari dan kandang untuk isolasi. Berikut kami uraikan sedikit tentang kandang ayam kampung sesuai tingkat umur pemeliharaan :
Kandang untuk umur 1-20 hari
kandang-bok.jpegKita mungkin lebih sering menyebutnya dengan istilah kandang bok, karena bentuknya kotak, semua sisi tertutup rapat kecuali bagian atas. Bagian atas dibiarkan terbuka atau bisa juga ditutup dengan bilah-bilah bambu dengan jarak 2 cm. Sedangkan bagian bawah terbuat dari kerangka dari bilah bambu lalu dialasi dengan kardus atau kertas semen. Ukuran bok yang dibuat sangat fleksibel yang penting mengacu pada efisiensi bahan dan kepadatan kandang. Bok kalau memungkinkan bisa dilengkapi dengan kaki setinggi 20-25 cm. Kepadatan kandang yang dianjurkan untuk kisaran umur ini adalah 1m2 untuk 40-45 ekor dan bisa dikurangi 5 ekornya tiap minggunya. Pemeliharaan DOC di kandang bok mutlak memerlukan lampu penghangat atau yang biasa disebut pemanas (brooder). Suhu dalam kandang bok diusahakan antara 30-32ÂșC atau dengan melihat penyebaran anak ayam dalam kandang bok. Kalau anak ayam menyebar merata berarti suhu sudah pas (ideal), kalau menggerombol di bawah lampu pemanas berarti kedinginan dan kalau menjauhi sumber panas berarti suhu kepanasan. Dan alangkah baiknya kalau kita merancang model kandang bok yang mudah diangkat dan dipindahkan ke tempat lain (portable).
Kandang untuk umur 21-60 hari
kandang-20-60hari.jpegPara peternak di Jawa Timur (Malang, Mojokerto, Kediri, Jombang, Blitar, Tulungagung, Surabaya) biasanya menerapkan pemeliharaan untuk ayam kampung untuk tujuan pedaging hanya sampai umur 60 hari sehingga kandang ini adalah kandang terakhir untuk pemeliharaannya sebelum ayam di panen. Ada dua model kandang yang digunakan oleh peternak pada fase ini yaitu peternak yang masih menggunakan bok seperti pemeliharaan sebelumnya dan peternak yang memilih menggunakan kandang bentuk postal (litter). Kandang postal adalah kandang dengan alas tanah yang dicampuri sekam padi, kapur dan pasir. Kedua model tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang penting pada masa pemeliharaan ini adalah masalah kepadatan kandang (carrying capacity) yaitu 1m2 untuk 30-35 ekor dan berkurang 5 ekor setiap minggunya sehingga pada umur 60 hari per m2 hanya cukup 7-10 ekor saja.
Kandang untuk umur 61-90 hari
kandang-60-90hari.jpegUntuk pemasaran ayam kampung pedaging di daerah-daerah tertentu seperti Batam, Balikpapan dan Jakarta, berat yang diinginkan biasanya sekitar 9 ons - 1,2 kg. Sehingga tidak ada pilihan bagi peternak yaitu dengan menambah jumlah hari pemeliharaan sekitar satu bulan lagi. Model kandang yang banyak dipakai untuk pemeliharaan fase ini adalah postal dan slot (kandang panggung). Kedua model tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang penting pada masa pemeliharaan ini adalah masalah kepadatan kandang (carrying capacity) yaitu 1m2 untuk 7-10 ekor dan berkurang 0,5-1 ekor setiap minggunya sehingga pada umur 90 hari per m2 hanya cukup 5-7 ekor saja. Kalau kita akan menggunakan kandang yang model slot, alangkah baiknya kalau di bawah kandang di bangun kolam ikan untuk lebih efisiensi tempat.
Kandang Isolasi
Kandang ini berfungsi sebagai kandang karantina (isolasi) terhadap ayam-ayam yang menunjukkan gejala sakit, luka karena saling patuk, atau mungkin ayam yang sudah terserang penyaikt tertentu. Penempatan ayam pada kandang isolasi ini harus memperhatikan faktor penyebab ayam. Jangan menempatkan ayam yang luka karena saling patuk dengan ayam yang terkena penyakit kolera atau lainnya. Dengan adanya kandang isolasi ini diharapkan keadaan ayam akan pulih dan semakin membaik kondisinya seperti sedia kala. Yang penting dalam pembuatan kandang ini adalah penempatan kandang. Kandang isolasi sebaiknya ditempatkan terpisah dan jauh dari kandang ayam sehat.

sumber : http://sentralternak.com/

Mengatasi Gumboro,ND & CRD

0 komentar


GUMBORO, VAKSIN DAN KEKEBALAN

“Apakah ada vaksin (maksudnya: Vaksin Gumboro) yang tangguh menjadi benteng sebenarnya?” ujar Durrahman, seorang peternak ayam potong di kawasan pegunungan seribu Wonosari Yogyakarta.
Memang cukup beralasan keluhan yang bernada pertanyaan itu disampaikan Durrahman itu kepada Infovet yang ditemui di kandangnya yang relatif besar. Lokasi kandang sebenarnya cukup panas karena pepohonan meranggas di mana daun-daun pohon besar yang biasa melindungi itu rontok jika memasuki awal musim kemarau.
Sebenarnya lokasi kandang itu berada di kawasan yang kurang ideal, sekadar untuk tidak mengatakan tidak memenuhi persyaratan bagi pertumbuhan ayam potong. Aspek suhu lingkungan yang panas dan juga volume cadangan air sangat terbatas bagi usaha peternakan adalah contohnya.
Namun demikian kondisi yang sangat minimalis itu tetap tidak menyurutkan niat dan tekad Durrahman untuk berusaha menekuni usaha itu. Meski baru berjalan sekitar 3-4 tahun, namun jika dilihat dari perkembangan tingkat kesejahteraan keluarganya, maka Durrahman termasuk cukup berhasil.
“Saya mencoba menentang arus dan melawan sebagian besar pendapat para praktisi perunggasan bahwa kawasan usaha saya tidak cocok sebagai tempat beternak ayam potong,” tuturnya.
Mantan pekerja kandang ayam di Bogor yang kembali ke desanya itu mencoba usaha itu di desanya oleh karena aset yang dimiliki dan ketrampilan hanya itu.
Selepas dari Bogor meneguhkan minat dan tekadnya untuk menjadi peternak mandiri skala kecil-kecilan.
Oleh karena lokasi tempat tinggalnya yang merupakan aset utama berada di pegunungan gersang setiap kali musim kemarau menjelang, dicoba untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Ketika ditanyakan kendala dan hambatan untuk mengembangkan lebih besar usahanya disamping kesulitan mendapatkan lahan yang luas dan jauh dari pemukiman penduduk juga karena ada salah satu penyakit yang selama ini masih dianggap sulit diantisipasi dan dihadapi. Penyakit itu adalah Gumboro.
Menurutnya program kesehatan seperti vaksinasi sebagaimana disyaratkan telah dilakukan dengan ketat. Oleh karena itu Durrahman mencoba menantang para pemasar vaksin untuk berani memberikan jaminan bebas gangguan selama pemeliharaan, ternyata tidak ada yang berani.
“Apakah ada vaksin (maksudnya: Vaksin Gumboro) yang tangguh menjadi benteng sebenarnya,” ujar Durrahman kepada Infovet mengulangi tantangannya setiap bertemu dengan para tenaga kesehatan lapangan.
Dan, hampir tidak ada yang berani memberikan jaminan, umumnya saran dan nasehat, nyaris seperti nasehat juragannya dahulu waktu di Bogor kepada dirinya dan pekerja kandang agar menjaga kebersihan dan terus melakukan penyemprotan.
Terkadang, lanjut Durrahman, ia mengambil sebuah kesimpulan akhir bahwa penyakit ayam sudah seperti bagian tak terpisahkan dari usaha perunggasan. Sebab atas dasar pengalamannya sebagai anak kandang hampir pasti ada gagguan penyakit dari yang ringan sampai yang ‘ganas’.
Menurutnya belum pernah sekalipun dalam satu periode yang mulus dan lolos dari sergapan penyakit.
Khusus penyakit Gumboro, memang termasuk momok dan membuat pengelola senam jantung. Sebab terkadang, menerjang ketika usia masih belum layak panen, tetapi juga paling sering ketika sudah mendekati usia panen.
“Pertumbuhan dan performans ayam sangat bagus juga harga pasar yang sedang tinggi… eee Gumboro muncul. Seolah seperti terbangun dari tidur ketika sedang mimpi indah.” ujarnya seolah menceritakan harapan yang musnah seketika.
Selama ini Durrahman mengatasi kasus Gumboro ketika usia masih awal atau muda hanya dengan pemberian air gula atau sorbitol dan parasetamol (zat aktif penurun panas) dan semprot kandang secara teruis menerus.
Pengalamannya cara itu memang tidak bisa mengatasi dengan sempurna namun mampu menekan angka kerugian yang mungkin akan jauh lebih besar jika di revaksinasi.
“Pemberian air minum yang mengandung zat manis-manis mampu menekan kematian dan munculnya kerdil sampai 30%. Selama saya menjadi anak kandang cara dan metoda itu setidaknya masih yang terbaik” tuturnya.
Kembali ia bertanya ke Infovet, apakah ada cara lain lagi selain vaksinasi yang ternyata tidak bisa menjamin 80% sakalipun apalagi 100% bisa terbebas dari gangguan penyakit Gumboro.
Bahkan yang paling memprihatinkan jika penyakit ini muncul seolah penyakit lain antri untuk ikut melemahkan ayam, sehingga tidak heran jika para peternak termasuk dirinya begitu traumatis dengan Gumboro.
Meskipun traumatis namun oleh karena kenyataan itu harus dihadapi maka setiap peternak, menurut Durrahman pasti mencoba mencari solusi sendiri atas dasar pengalaman dan improvisasi lapangan.
Seperti caranya selama ini, masih dianggap solusi terbaiknya. Pertanyaannya apakah ada pengalaman peternak lain yang lebih sukses dan mulus menghadapi Gumboro?

Kekebalan Broiler
Untuk menjawab pertanyaan dan kegelisahan peternak ini, kita mesti memahami ihwal kekebalan ternak ayam.
Sama dengan tubuh manusia, tubuh hewan juga rentan dengan gangguan bibit penyakit. Artinya diperlukan juga sistem imun yang kuat untuk menangkal berjangkitnya bibit penyakit pada tubuh ternak tersebut.
“Fungsi sistem imun sangat penting untuk kesehatan ternak terutama ayam broiler yang mempunyai batasan umur pemeliharaan,” Akademisi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau drh Jully Handoko mengatakan.
Dikatakan alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini, tujuan dari pemeliharaan ayam broiler adalah pencapaian berat badan yang optimal dengan penerapan tatalaksana pemeliharaan yang maksimal.
Berat badan ayam broiler yang optimal hanya didapat bila ternak sehat dan tidak ada gangguan bibit penyakit, artinya peternak harus mengesampingkan atau memangkas ancaman bibit penyakit yang akan menggerogoti ayam broiler peliharaannya tersebut.
Jully mengatakan pada kasus Gumboro, pada Gumboro bentuk dini akan merusak sistem kekebalan ayam secara masif. Kerusakan ini tidak akan sembuh kembali, akibatnya akan terjadi imunosupresi yang permanen pada ayam dimaksud. “Dan inilah awal kerugian yang sebenarnya pada peternak ayam broiler,” tegas Jully.
Senada dengan Jully, Drh Budi alumni FKH UGM angkatan 1980 menambahkan, imunosupresi yang dipicu oleh Gumboro juga dapat menyebabkan ayam lebih muda atau rentan terinfeksi oleh pelbagai penyakit lain dan parahnya lagi adalah tidak responnya sistem kebal yang dimiliki ayam terhadap vaksinasi untuk jenis penyakit lainnya.

Bursa Fabrisius
Sistem kebal ayam dan ternak lain merupakan sistem yang sangat komplek. Pada ayam, ada dua organ tubuh yang berhubungan dengan sistem kebal, yakni bursa dan timus.
Bursa sebagian besar berisi sel B yang berperan dalam memproduksi antibodi humoral atau yang bersikulasi, sedang timus sebagian besar berisi sel T dengan fungsi mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi bakteri atau virus, mengaktifkan makrofag dalam fagositosis dan membantu sel B dalam memproduksi antibodi.
Pada masa embrio, kedua sistem ini diprogramkan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap penyakit, artinya kekebalan yang didapat sebagai akibat pernah menderita penyakit infeksi atau karena inokulasi dengan bahan-bahan penyebab penyakit yang telah diubah bentuknya.
Di samping itu, virus penyakit Gumboro tidak hanya menyerang bursa, yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kemampuan produksi antibodi humoral, tapi juga dapat menyerang timus yang akan menghancurkan kekebalan berperantara sel.
Bila infeksi terjadi sebelum ayam berumur 3 minggu maka kerusakan akibatnya bersifat permanen, sedang bila infeksi terjadi setelah ayam berumur 3 minggu, kerusakan tersebut tampaknya bersifat sementara dan sistem kebal ayam yang sembuh kembali akan berfungsi lagi dalam waktu 2-3 minggu pasca infeksi.

Antibodi Maternal
Lalu bagaimana mengatasi infeksi pada anak ayam, kembali drh Jully Handoko menegaskan bahwa anak ayam telah memperoleh antibodi pasif yang didapat dari induknya melalui kuning telur (antibodi maternal), ini dapat dilakukan dengan cara mengusahakan tingkat antibodi humoral tetap tinggi pada ayam induk atau parent stock.
Hal ini sangat efektif dalam mencegah dan melindungi anak ayam dari infeksi. “Pihak breeder tetap memegang peran penting dalam memangkas munculnya kasus-kasus penyakit akibat imunosupresi,” imbau akademisi Fapertapet UIN Suska ini.
Di samping itu, antibodi maternal tidak hanya melindungi anak ayam terhadap infeksi, tetapi juga akan menghalangi pembentukan antibodi aktif terhadap IBD.
Telah diketahui bahwa waktu paruh antibodi maternal IBD berkisar 3-4 hari, dan ayam yang memiliki antibodi maternal dengan titer yang tinggi, maka tingkat antibodi maternalnya akan berkurang jauh lebih cepat bila dibanding dengan ayam yang mempunyai titer antibodi maternal rendah.

Tindakan Pencegahan
Lalu, apa yang harus dilakukan peternak untuk mencegah infeksi Gumboro penyakit yang menurunkan kekebalan tubuh ayam ini?
Merujuk pada konsep lapang dari pengalaman peternak, drh Budi menuturkan bahwa ada 3 cara tindakan preventif infeksi dini virus Gumboro yang dapat dilakukan peternak yaitu”
1) Mencegah ayam kontak dengan virus Gumboro,
2) Memberi vaksin pada ayam induk sehingga anak ayam memperoleh perlindungan melalui antibodi maternal, dan
3) Memberi vaksin pada anak ayam dengan jenis vaksin Gumboro aktif yang non virulen.
Berulangnya kasus Gumboro di tingkat peternak lebih disebabkan oleh faktor ekonomis. Maksudnya adalah pada ayam broiler seyogyanya vaksinasi Gumboro dilakukan dua kali, namun mengingat biaya yang dikeluarkan peternak cukup tinggi, maka peternak hanya melakukannya sekali selama periode pemeliharaan.
Hal ini berdampak negatif, di mana Gumboro akan menimbulkan serangannya pada saat-saat mendekati panen. “Inilah yang perlu diwaspadai peternak,” tegas Budi yang juga menghimbau, di samping Gumboro, peternak juga mesti tetap waspada terhadap jenis penyakit lain yang juga dapat menurunkan imunitas ayam. Penyakit tersebut adalah CRD dan Koksidiosis.

Eliminir Faktor Pemicu
Sementara itu M Hadie peternak broiler di Panam pinggiran Kota Pekanbaru mengatakan bahwa dalam penanganan Gumboro diperlukan perhatian serius terhadap faktor-faktor pemicu berjangkitnya penyakit tersebut.
Lebih lanjut dikatakannya, faktor kepadatan kandang saat minggu pertama pemeliharaan perlu diperhatikan, hal ini terkait dengan tingkat stres ayam dan ini disinyalir sebagai awal petaka menurunnya daya tahan tubuh ayam dimaksud.
Sedang menurut drh Rondang Nayati MM Kasubdin Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Riau lebih menganjurkan pada keseimbangan gizi makanan yang dikonsumsi ayam baik broiler maupun layer.
Hal ini cukup mendasar, karena bila ayam cukup makanan dengan gizi yang baik maka ayam mampu bertahan dari serangan penyakit. Terkait penggunaan obat-obatan hewan, istri mantan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Riau ini menegaskan harus diberikan secara hati-hati, karena ini menyangkut keamanan konsumen (food safety).

Vaksinasi dan Kekebalan
Kekebalan yang dibentuk oleh tubuh ayam ada dua yaitu kekebalan humoral atau menyeluruh, di mana zat kebal ada dalam aliran darah dan kekebalan lokal dengan zat kebal terdapat pada bagian tubuh yang pernah diserang penyakit.
Demikian Drh Muhammad Firdaus MSi Kasi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kota Pekanbaru seraya melanjutkan, kekebalan lokal dapat merupakan senjata untuk menghadapi serangan bibit penyakit. Tapi, kemampuannya hanya dapat membunuh bibit penyakit ditempat di mana ada zat kebal, misalnya di saluran pernafasan, maka infeksi tidak terjadi pada saluran pernafasan tersebut.
Sementara, pada bagian tubuh yang lain yang tidak terdapat zat kebal, memungkinkan terpapar bibit penyakit. “Inilah bedanya dengan kekebalan humoral yang dapat menangkis serangan bibit penyakit di lokasi tubuh yang manapun,” jelas alumni pasca sarjana UNRI ini.
Vaksin merupakan mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan virulensinya atau dimatikan dan apabila diberikan pada ternak tidak menimbulkan penyakit melainkan dapat merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai dengan jenis vaksinnya.
Sedang vaksinasi merupakan tindakan memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dan merupakan suatu usaha dengan tujuan melindungi ternak terhadap serangan penyakit tertentu.
Bagi peternak, vaksinasi sudah merupakan kegiatan rutin dalam usaha peternakannya.
Lebih lanjut dipaparkannya bahwa vaksinasi yang dilakukan peternak dengan cara tetes mata, tetes hidung, air minum dan spray akan merangsang badan ayam untuk membentuk kekebalan lokal, sedangkan pelaksanaan vaksinasi dengan injeksi atau suntikan akan merangsang pembentukan kekebalan humoral atau menyeluruh.
Pada anak ayam, aplikasi vaksinasi biasanya dengan cara tetes mata atau tetes hidung, dan kadang-kadang pemberiannya melalui suntikan bila yang jenis vaksinnya inaktif. Vaksinasi melalui air minum tidak bisa dilakukan, karena anak ayam umur 1-4 hari minumnya masih sedikit dan tidak teratur.
Pada ayam dewasa, aplikasi vaksinasi biasanya dengan tetes mata, tetes hidung, air minum dan suntikan. “Hanya melalui suntikan yang dapat memberi jaminan ketepatan dosis vaksin yang diberikan pada ayam,” pungkas Firdaus.
Anda tentu punya penagalaman yang dapat disarikan untuk sebuah langkah sukses mengatasi penyakit kekebalan tubuh ayam ini. Informasi di atas tentu dapat menjadi sebuah bandingan untuk langkah pasti dan semakin pasti!


PENYAKIT ND

ND merupakan masalah besar dan momok bagi dunia peternakan, karena penyakit ini dapat menimbulkan angka kematian yang sangat tinggi (mencapai 100%) dan waktu penyebarannya yang sangat cepat, baik pada ayam ras, ayam buras maupun jenis unggas lainnya. Menurut para ahli, penyakit ini dapat menular pada manusia dengan gejala klinis conjunctivitis (radang konjunctiva mata) walaupun kasusnya sangat jarang dijumpai. Sedangkan pada unggas dan burung liar lainnya dengan gejala klinis berupa gejala syaraf, gejala pernafasan dan gejala pencernaan. Penyebab dan Kejadiannya Penyakit ND disebabkanoleh virus dari famili Paramyxoviridae dengan genus Pneumovirus atau Paramyxovirus, dimana virus ini dapat menghemaglutinasi darah. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Doyle pada tahun 1926 didaerah Newcastle Inggris dan pada tahun yang sama Kraneveld menemukan virus penyakit ini di Bogor. Kejadian penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dimana menyerang seluruh jenis unggas termasuk burung liar. Virus penyakit ini dapat ditemukan pada organ-organ seperti alat pernafasan, syaraf dan pencernaan. Penyebaran Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum/minum, peralatan lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit, melalui pengunjung, serangga, burung liar dan angin/udara (dapat mencapai radius 5 km). Virus ND ditemukan dalam jumlah tinggi selama masa inkubasi sampai masa kesembuhan. Virus ini terdapat pada udara yang keluar dari pernafasan ayam, kotoran, telur-telur yang diproduksi selama gejala klinis dan dalam karkas selama infeksi akut sampai kematian. Gejala Klinis Gejala penyakit ini dapat diamati melalui gejala pernafasan seperti bersin-bersin, batuk, sukar bernafas, megap-megap dan ngorok; gejala syaraf berupa sayap terkulai, kaki lumpuh (jalan terseret), jalan mundur (sempoyongan) serta kepala dan leher terpuntir (torticoles) yang merupakan gejala khas penyakit ini. Kemudian gejala pencernaan meliputi diare berwarna hijau, jaringan sekitar mata dan leher bengkak, pada ayam petelur produksinya berhenti, kalau sudah sembuh kualitas telurnya jelek, warna abnormal, bentuk dan permukaannya abnormal dan putih telurnya encer. Hal ini disebabkan oleh karena organ reproduksinya tidak dapat normal kembali. Umumnya kematian anak ayam dan ayam muda lebih tinggi dibandingkan ayam tua. Bedah Bangkai Untuk lebih meyakinkan bahwa suatu peternakan benar atau tidanya terserang ND, maka tindakan bedah bangkai adalah jalan terbaik dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus ND hasil bedah bangkai berupa gejala khas penyakit ini, yaitu adanya bintik-bintik merah (ptechie) pada proventriculus (kantong depan ampela). Selain itu juga terjadi perubahan pada lapisan usus berupa pendarahan dan kematian jaringan (nekrosa). Pada organ pernafasan akan mengalami eksudasi dan kantong udaranya menipis. Penanggulangan Berhubung penyakit ND disebabkan oleh virus maka sampai saat ini belum ada satu jenis obat yang efektif dapat menyembuhkan penyakit ini. Penanggulangan penyakit ND hanya dapat dilakukan dengan dengan tindakan pencegahan (preventif) melalui program vaksinasi yang baik. Ada dua jenis vaksin yang dapat diberikan yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif berupa vaksin hidup yang telah dilemahkan, diantaranya yang banyak digunakan adalah strain Lentogenic terutama vaksin Hitchner B-1 dan Lasota. Vaksin aktif ini dapat menimbulkan kekebalan dalam kurun waktu yang lama sehingga penggunaan vaksin aktif lebih dianjurkan dibanding vaksin inaktif. Program vaksinasi harus dilakukan dengan seksama dan diperhatikan masa kekebalan yang ditimbulkan. Vaksinasi pertama sebaiknya diberikan paling lambat hari ke-empat umur ayam, karena penundaan sampai umur dua minggu dan seterusnya akan menghilangkan kemampuan pembentukan antibodi aktif oleh antibodi induk, sebab pada umur tersebut antibodi induk sudah tidak berfungsi lagi. Program vaksinasi pada ayam pedaging sebaiknya dilakukan pada umur tiga hari dan vaksinasi lanjutan pada umur tiga minggu, sedangkan pada ayam petelur pada umur tiga hari, empat minggu, tiga bulan dan selanjutnya tiap empat bulan sesuai kebutuhan. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan cara semprot, tetes (mata, hidung, mulut), air minum dan suntikan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan vaksinasi diantaranya : · Vaksinasi hanya dilakukan pada ternak yang benar-benar sehat · Vaksin segera diberikan setelah dilarutkan · Hindari vaksin dari sinar matahari langsung · Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan stress berat pada ternak · Cuci tangan dengan detergen sebelum dan sesudah melakukan vaksinasi Penutup Mengingat kerugian ekonomi yang ditimbulan oleh penyakit ND ini sangat tinggi maka jalan terbaik dalam menanggulaninya adalah dengan menjalankan program manajemen yang ketat berupa program vaksinasi dan sanitasi lingkungan yang baik guna menghindari penyakit ini sehingga keuntungan akan dapat lebih meningkat.


PENYAKIT CRD

Berdasarkan data, kasus serangan peyakit unggas terutama ayam di tahun 2003 yaitu penyakit ngorok yang komplek atau sering juga disebut Chronic Respiratory Desease (CRD) komplek. Memang saat ini CRD komplek masih susah ditangani, padahal kerugian yang ditimbulkannya tidaklah sedikit. Hal ini dihubungkan dengan rendahnya laju pertumbuhan, tingginya angka kematian dan tingginya konversi ransum. Kerugian lain akibat CRD komplek adalah keseragaman bobot badan yang tidak tercapai dan banyaknya ayam yang harus diafkir, sehingga para peternak akan merugi.
CRD komplek merupakan gabungan penyakit dengan 2 (dua) komponen yaitu Mycoplasma galisepticum dan bakteri Escherichia coli. Faktor penentu menularnya penyakit ini adalah sistem pemeliharaan dengan suhu lingkungan yang tinggi yaitu panas atau dingin, kelembaban tinggi, kurangnya ventilasi, kepadatan ternak terlalu tinggi dan cara pemeliharaan yang berbagai umur. Biosecurity yang ketat dan pemilihan antibiotik yang spesifik merupakan langkah yang harus ditempuh untuk menyelamatkan ayam dari penyakit tersebut.
Penyakit ngorok atau CRD pada ayam ini merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan dimana sifatnya kronis. Disebut “kronis karena penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama (menahun) dan ayamnya tidak sembuh-sembuh”. Penyebab utamanya adalah keracunan Mycoplasma galisepticum, salah satu gejala khas CRD adalah ayam tersebut ngorok, sehingga peternak menyebutnya penyakit ngorok.
Sebagai penyakit tunggal, CRD jarang sampai menimbulkan kematian namun menimbulkan angka kesakitan yang tinggi. Di lapangan kasus CRD murni jarang ditemukan, yang sering ditemukan adalah CRD komplek, yaitu penyakit CRD yang diikuti oleh infeksi penyakit lainnya, terutama sering diikuti oleh bakteri Escherichia coli.
CRD komplek dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Selain itu, dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, mutu karkas jelek, produksi telur menurun, keseragaman bobot badan yang tidak tercapai dan banyaknya ayam yang harus diafkir juga semakin memperbesar biaya pengobatan.
Penyakit ngorok komplek pada ayam ini dapat berkomplikasi dengan mikroba penyakit lain seperti dengan penyakit tetelo atau New Castle Desease (ND), Infetious Bronhitis (IB) dan E. coli. CRD dapat menyerang ayam pada semua umur dengan angka penularan yang cepat.
Penyebab penyakit ini, bisa terdapat di ayam yang sehat, dimana ayam tersebut disebut ayam pembawa penyakit (carier). Ayam yang terserang CRD saat daya tahan tubuhnya menurun pada waktu stress seperti pindah kandang, kedinginan, vaksinasi, potong paruh, ventilasi jelek, litter lembab, kadar amonia tinggi atau ayam terserang penyakit lain.
Kerugian akibat CRD komplek diantaranya adalah kegagalan vaksinasi, karena CRD komplek bersifat immunosupressant ( menekan kekebalan), terhambatnya pertumbuhan, tingginya angka kematian, tingginya biaya pengobatan dan meningkatnya konversi ransum.
Untuk memberantas CRD komplek ini tidak gampang. Caranya adalah dengan melakukan pengobatan yang tepat, melakukan hal yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai penyebab terjadinya CRD komplek. Misalnya kita harus menjaga masuknya agent penyakit ke dalam tubuh ayam, selain itu para peternak harus mempertahankan kesehatan ayamnya dengan memberikan multivitamin dan juga para peternak harus memelihara lingkungan kandang supaya segar dan sehat, tentunya tidak pengap, ventilasi cukup dan tidak lembab. Selain itu kepadatan kandang harus selalu diperhatikan, sehingga udara bersih selalu terjamin. Suhu kandang yang terlalu panas juga dapat menyebabkan meningkatnya nafsu minum dan menurunnya nafsu makan. Dengan meningkatnya nafsu minum, maka akan merangsang peningkatan urinasi dan litter menjadi basah, sehingga konsentrasi ammonia tinggi dan dapat menyebabkan gangguan pernafasan, akhirnya ayam akan rawan terhadap CRD komplek.
Suatu strategi dalam melakukan pengendalian CRD komplek yang efektif adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap anak ayam umur 1 (satu) hari atau sering disebut dengan Day Old Chick (DOC) dari pembibitnya, hasil diagnosa yang tepat bersamaan dengan biosecurity yang efektif dan pelaksanaan tatalaksana pemeliharaan yang baik. Adapun cara-cara melakukan pengendalian CRD komplek yaitu :
(1) memperbaiki tatalaksana kandang, 
(2) melakukan sanitasi air minum yang baik, 
(3) melakukan pengobatan yang tepat dan 
(4) melaksakan biosecurity yang ketat.
Langkah-langkah untuk melakukan biosecurity yang ketat antara lain (1) melakukan pengafkiran pada ayam yang terinfeksi, (2) membersihkan kandang dengan tekanan air yang tinggi serta melakukan penyemprotan kandang dengan memakai desinfektan, (3) kosongkan kandang minimal 2 (dua) minggu setelah kandang dibersihkan, (4) pengontrolan lalu-lintas dengan mengontrol kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan apabila peternakan anda terkena CRD komplek, yang perlu diperhatikan adalah (1) menekan kadar amonia dan debu yang ada di kandang, dengan melakukan perbaikan pada kondisi kandang, mengurangi kepadatan kandang, perhatikan tatalaksana litter, ventilasi kandang dan pengaruh lingkungan, (2) pemeliharaan ayam harus dilakukan secara all-in all-out, (3) melakukan pemilihan obat yang tepat dan kita harus memperhatikan faktor resistensi dari kuman.
Harapan penulis, apabila peternakan anda terkena CRD komlpek, jangan panik, lakukanlah penanganannya seperti yang sudah penulis uraikan.

Semoga Bermanfaat . 

Selasa, 25 Desember 2012

Penyakit Infectious Bronchitis (IB)

0 komentar


Penyakit Infectious Bronchitis (IB) pada ayam
Infectious bronchitis  adalah penyakit infeksius yang sangat menular disebabkan oleh virus. Penyakit ini menimbulkan gangguan terutama pada saluran pernafasan ayam. Penyakit ini pada ayam petelur mengakibatkan penurunan produksi dan kwalitas telur. Juga pada ayam muda yang berhasil sembuh dari penyakit Infectious bronchitis, pertumbuhannya menjadi terhambat.

Penyebab
Infectious bronchitis disebabkan oleh virus yang masuk golongan Corona virus dan mempunyai struktur RNA. Dikenal sedikitnya 8 serotipe virus ini yaitu Massachusetts, Connecticut, Georgia, Delaware, lowa 97, lowa 69, New Hampshire dan Australian T.
Kekebalan silang yang terjadi diantara serotipe tidak cukup untuk melindungi tubuh ayam terhadap infeksi virus alam. Mengingat banyaknya serotipe virus dan kekebalan silang seperti tersebut di atas maka untuk keberhasilan vaksinasi, harus digunakan vaksin yang mengandung serotipe virus yang ada di daerah dimana akan dilakukan vaksinasi.

Gejala Penyakit
Penyakit menular dengan sangat cepat, dalam waktu dua sampai tiga hari, sebagian besar atau seluruh ayam muda dalam satu kandang bisa menjadi sakit. Gangguan yang dapat dilihat adalah keluar lendir dari hidung, sesak nafas, terdengar suara ngorok, mata terlihat selalu basah, sudut mata medial melebar dan selaput niktitan berwarna merah, nafsu makan dan minum menurun.
Pada ayam dewasa akan terdengar suara ngorok waktu bernafas, produksi telur menurun antara 10 – 50%. Penurunan produksi kadang-kadang terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama dan bahkan tingkat produksi ayam normal. Kwalitas telur menjadi rendah karena telur bentuknya tidak normal, kerabang kasar atau lunak. Putih telur kental menjadi sangat cair sehingga tidak dapat dibedakan dengan putih telur cair. Daya tetas telur menurun.
 
Jika diadakan bedah bangkai akan tampak kelainan pada saluran pernafasan, kantung hawa, ovarium dan kadang-kadang pada ginjal. Perubahan saluran pernafasan yaitu pada trachea, bronchi dan rongga hidung ditemukan lendir yang bersifat serosa. Pada trachea selaput lendirnya menjadi kemerahan. Kantung hawa menjadi keruh dan ada bagian-bagian yang menebal (cloudyswelling). Pada layer ovarium menjadi lemah dan lunak. Seringkali ditemukan kuning telur pecah didalam rongga perut sehingga akan terjadi peradangan pada peritonium. Pada ginjal akan ditemukan perubahan yang khas yaitu pembengkakan disertai pengendapan asam urat.
Jika ayam penderita infectious bronchitis terserang CRD, keadaan penyakit menjadi lebih parah dan menjadi penyakit saluran pernafasan yang tidak sembuh-sembuh. Pada keadaan ini komplikasi dengan E.coli mudah terjadi dan memperparah keadaan.

Cara menular
Penyakit menular dalam waktu yang sangat singkat. Dalam jangka waktu 2–3 hari  sebagian  besar atau seluruh ayam dalam satu kandang menjadi sakit. Masa inkubasi 18 – 36 jam. Infectious bronchitis merupakan penyakit yang paling menular diantara penyakit menular unggas lainnya.
Penularan tidak terjadi melalui telur, sumber penularan adalah ayam yang sakit, virus keluar dari tubuh ayam sakit bersama partikel-partikel kecil lendir yang dibatukkan atau lendir yang dikeluarkan dari mata/lubang hidung. Penularan terjadi secara langsung dimana ayam sehat menghirup udara yang mengandung partikel virus. Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung yaitu jika virus yang mencemari petugas kandang, peralatan kandang, ayam liar/hewan lainnya masuk ke dalam tubuh ayam sehat melalui saluran pencernaan atau pernafasannya.

Diagnosa laboratorium dan diagnosa banding
  • Fluorescent Antibody Test
  • Uji netralisasi serum
Infectious bronchitis sering dikelirukan dengan Newcastle disease, infectious laryngotracheitis, CRD atau snot.

Cara pengendalian penyakit

1.     Pengobatan
Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infectious bronchitis. Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya dengan memberikan Vita Stress dan mencegah infeksi sekunder dengan Therapy atau Doxyvet. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.

2.      Pencegahan
  • Vaksinasi infectious bronchitis secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin
  • Melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang
  • Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out”
Semoga Bermanfaat .

Penyebab Ayam Menjadi Lumpuh

14 komentar


Penyebab ayam menjadi lumpuh
Ada banyak penyebab ayam menjadi lumpuh tapi kita harus mencari dulu penyebab yang sebenarnya supaya obat yang kita berikan bisa cocok. Kesulitannya adalah, Ayam (dan binatang lain) tidak bias berbicara. Sehingga kita terkadang tidak tahu pasti penyebab
sakitnya. Akibatnya sering salah obat dan ayam tidak kunjung sembuh. Untuk itu kita harus pandai melihat gelagat ayam yang sakit tersebut.
Untuk kelumpuhan, bisa dibagi menjadi 4 macam penyebab.

1. Penyakit.
Penyakit ayam yang sering menyebabkan kelumpuhan salah satunya tetelo (ND). Kebanyakan ayam yang terserang akan mati. Tetapi bila sudah divaksin atau daya tahannya cukup kuat, biasanya ayam yang diserang akan terlihat 'celeng' dan lama kelamaan akan lumpuh.
Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya karena penyakit ini menyerang saraf dan sistem pernapasan. Penyakit lain misalnya cacar akut, marek, dan Komplikasi CRD (tentunya kondisi sudah parah).

2. Keseleo atau terkilir.
Gejala awalnya tentu saja pincang. Lama kelamaan tidak bisa jalan.
Untuk mengetahui daerah yang sakit, raba kaki ayam dari jari sampai pangkal paha. Biasanya daerah yang sakit akan terasa lebih panas dibanding daerah lainnya. Obati dengan mengoleskan balsam atau arak. Bisa juga pakai thrombopop. Sebagian orang mencabuti bulu di daerah
yang sakit atau mencukurnya terlebih dahulu.

3. Luka.
Mungkin ini yang paling gampang mencari sumber penyebabnya. Cari sumbernya, lalu diobati. Luka yang menyebabkan lumpuh biasanya bubul ditelapak kaki atau pada lutut (bubul gantung). Keduanya susah susah gampang untuk disembuhkan. Harus rajin mengobati.

4. Kurang vitamin.
Kekurangan kalsium dan zat besi dapat menyebabkan kelumpuhan pada ayam (terutama ayam muda). Solusinya tentu dengan memberikan kedua macam vitamin tersebut pada ayam.

Jadi yang terpenting cari dulu penyebabnya... baru tentukan obat yang cocok.
Saya juga pernah mengalami hal ini pada ayam saya (umur 7 bulanan juga). Kesimpulannya ayam saya kurang vitamin. Saya obati dengan kalk dan vitamin B. Selain itu kakinya saya kasih balsem biar hangat. Juga ada tambahan obat ramuan china. Namanya Chin-khoo. Dibeli di toko obat china. Satu botol berisi 100 butir harganya sekitar 10.000-an. Diberikan pada ayam pagi sore masing-masing 5-7 butir setiap hari. Obat ini berfungsi merangsang otot otot.
Ada satu obat lagi untuk lumpuh. Namanya Biosolamin. Diberikan dengan menyuntik. Cukup 0,5 cc dicampur B kompleks cair 1 cc, seminggu sekali saja. Ini cuma pengalaman saya saja lho mas... Tiap ayam tentu punya kasus yang berbeda. Tapi mudah mudahan cocok.

Semoga ayamnya lekas sembuh...

Catatan :
ayam jago selain lumpuh akibat kerusakan otot (selesai diadu, atau meloncat dri ketinggian) bisa juga dari penyakit. Penyakit yang menyerang saraf diantaranya ; Tetelo (Newcastle Disease), Gumboro, Avian Influensae (Flu burung), saat ini ketiga penyakit akibat virus tsb belum ada obatnya, pencegahan bisa dengan vaksinasi semasa ayam masih kecil. Saya kurang informasi dari anda bagaimana ciri2 lain selain lumpuh untuk bantuan diagnosa penyakit ayam anda. Saya hanya bisa menyarankan untuk meningkatkan kesehatannya saja. Untuk ayam lumpuh anda beri asupan makanan yg banyak mengandung kalsium, fosfor, vit A, vit D, vit B12. Beri juga beberapa potong daging udang kupas kulit, 2 biji per hari. Untuk recovery sendinya bisa anda beri obat khusus sendi Osteoflam dgn dosis 1/2 kapsul per hari.

Penyebab Bulu Ayam Rontok

1 komentar


Penyebab bulu ayam menjadi rontok
Anda barangkali sering memperhatikan bahwa induk ayam peliharaan Anda kadang-kadang pada rontok bulunya. Atau barangkali Anda pernah merasa penasaran kenapa burung perkutut kesayangan Anda bulunya kurang mulus, disuruh berkicau malah asyik mencabuti bulunya. Yang paling menjijikan adalah apabila melihat induk anjing yang bukan saja bulunya pada rontok, tapi juga kudisan.

Ini soal bulu, khususnya bulu unggas seperti pada ayam atau burung. Tapi secara umum berlaku pula pada semua binatang peliharaan yang berbulu. Tidak mulusnya pertumbuhan bulu pada unggas dapat terjadi karena beberapa masalah atau penyebab yang pada dasarnya dapat dipisahkan ke dalam dua kelompok, yaitu:   1. unggas yang pertumbuhan bulunya tidak mulus, dan 2. unggas yang suka iseng mencabuti sendiri bulunya. Rontoknya bulu unggas dalam pada dua kelompok tersebut di atas dapat disembuhkan dengan jalan memperbaiki masalah yang menjadi penyebabnya.

1. Unggas yang pertumbuhan bulunya tidak mulus

Yang termasuk dalam kelompok ini biasanya adalah unggas yang diberi makanan olahan sendiri (misalnya jagung, kangkung, dan sisa-sisa makanan) atau makanan khusus dari pabrik yang dicampur dalam porsi yang tinggi dengan makanan olahan sendiri. Kenapa demikian? Karena alasan yang paling umum yang menyebabkan bulu tidak tumbuh dengan baik adalah kekurangan unsur protein yang kritis dari makanan.

Bulu unggas mengandung sesuatu sub-unit protein yang dinamakan "methionine" yang berkadar tinggi. Methionine dapat diperoleh pada amino acid yang mengandung sulfur, karena sulfur adalah unsur yang utama dari bulu. Methionine dalam jumlah yang cukup adalah diperlukan dalam makanan unggas. Apabila kekurangan maka akan menurunkan pertumbuhan, baik pada badan maupun bulu.

Seekor unggas yang makanannya kekurangan methionine cenderung memakan bulu yang rontok dalam usahanya untuk memuaskan kerinduannya atas amino acid. Dalam keadaan demikian, seekor unggas bahkan mungkin saja akan mencabuti seluruh bulunya. Apabila sedang bertelur maka dia akan memecahkan telurnya hanya sekedar ingin memakan kulit telurnya.

Dalam proses pembuatan makanan untuk unggas pada pabrik makanan unggas, beberapa bahan yang mengandung methionine dalam jumlah tertentu biasanya telah ditambahkan dan dicampur pada makanan dasarnya. Hal ini dilakukan agar unggas akan memakannya dalam jumlah yang cukup. Setiap makanan unggas yang berkualitas tinggi, dari pabriknya telah diatur sedemikian rupa sehingga mengandung methionine yang cukup untuk mencegah kurangnya pertumbuhan pada badan dan bulu.

Apabila makanan tambahan (seperti misalnya jagung) dicampurkan pada makanan dari pabrik, maka jumlah kadar methionine yang dikonsumsi oleh unggas menjadi kurang untuk pertumbuhan badan dan bulu. Mencampurkan makanan tambahan pada makanan asli dari pabrik sedapat mungkin agar dihindarkan. Bila terpaksa juga dilakukan karena makanan tambahan harganya relatif lebih murah, maka sebaiknya dicampur dengan amino acid secukupnya.

2. Unggas yang suka iseng mencabuti sendiri bulunya

Apabila bulu pada unggas tumbuh tetapi dicabuti sendiri atau rontok, panyebabnya biasanya berhubungan dengan cara pemeliharaan. Kandang unggas harus senantiasa diperhatikan kebersihannya. Dan sesekali perhatikan keadaan unggasnya.

Unggas betina yang berkali-kali berkembang biak akan sering rontok bulunya, terutama pada bagian belakang dan kepalanya. Bulu unggas jantan pun kadang-kadang juga rontok pada bagian dadanya. Tapi jangan kuatir, bulu-bulu ini biasanya akan tumbuh kembali setelah musim beranak selesai.

Apabila bulu unggas rontok pada bagian perut atau sekitar dubur, penyebabnya pada umumnya adalah adanya parasit seperti kutu atau sieur (bahasa Sunda). Semprotlah sangkar unggas dan sekitarnya secara berkala dengan menggunakan pestisida yang baik dan diizinkan oleh pemerintah seperti permethin. Jangka waktu penyemprotan antara dua atau tiga minggu sekali akan mampu membunuh parasit yang bersarang di tempat pengeraman telur sebelum penyemprotan pertama dilakukan. Rumah dan bangunan yang sering dihinggapi unggas harus juga disemprot. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah berjangkitnya kembali penyakit unggas tersebut.

Mengenal penyakit kolera dan upaya pencegahannya

0 komentar


Fowl cholera, bukanlah sebuah kata asing di telinga kita semua. Fowl cholera merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan adanya radang pada muka, jengger dan pial. Di Indonesia, penyakit ini dikenal dengan sebutan kolera unggas atau avian pasteurelosis. Penyakit ini masih sering dijumpai di lapangan. Dari penanganan kasus di lapangan oleh technical service Medion (tahun 2006-2008) menyebutkan bahwa fowl cholera menempati peringkat 10 besar pada ayam layer selama tiga tahun periode terakhir. Fowl cholera biasanya ditandai dengan adanya morbiditas dan mortalitas berkisar 0-20%, sehingga penyakit ini cukup menyita perhatian para peternak. Sebenarnya apakah fowl cholera itu dan bagaimanakah penanganannya?

Kejadian penyakit

Distribusi fowl cholera hampir di seluruh belahan dunia. Kejadian kolera unggas di Indonesia lebih bersifat sporadik. Penyakit ini lebih sering menyerang ayam umur dewasa dibandingkan dengan ayam muda. Ledakan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan berbagai faktor pemicu stres seperti fluktuasi cuaca, kelembaban, pindah kandang, potong paruh, perlakuan vaksinasi yang tidak benar, transportasi, pergantian pakan yang mendadak serta penyakit immunosuppressive. 

Etiologi

Fowl cholera disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang merupakan bakteri gram ( - ), berbentuk ovoid, tidak membentuk spora, menunjukkan struktur bipoler serta kadang-kadang membentuk kapsul yang mengelilingi organisme tersebut. Kemampuan P. multocida sangat tergantung pada kapsul yang megelilingi organisme tersebut. Jika kapsul itu hilang maka kemampuan virulensinya juga akan menurun. P. multocida bersifat fakultatif anaerob pada suhu 35-37oC.

Mengenal penyakit kolera pada ayam
Bakteri P. multocida ditanam pada plat agar darah (mampu menghemolisa sel darah merah)

Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit fowl cholera antara lain menurunnya produksi telur, morbiditas dan mortalitas meningkat, peningkatan biaya pengobatan serta peningkatan FCR. Untuk menghindari kerugian yang lebih banyak lagi, maka diagnosa yang cepat dan tepat sangat diperlukan sekali oleh para praktisi lapangan.

Penularan Penyakit

Penularan penyakit terjadi secara horisontal dimana ayam sehat tertular dengan ayam sakit melalui peralatan kandang, kotoran hewan maupun oleh pekerjanya sendiri. Tikus, insekta (terutama lalat) dan burung liar juga berperan dalam penyebarannya. Bakteri menginfeksi ke dalam jaringan tubuh melalui saluran pernapasan dan melalui konjungtiva ataupun luka pada permukaan jaringan. Hampir semua unggas yang sembuh akan bersifat carrier.
Mengenal penyakit kolera pada ayam
Skema penularan kolera

Gejala klinis

Manifestasi dari gejala klinis bersifat akut, sub akut dan kronis. Setelah terjadi invasi bibit penyakit ke dalam tubuh, maka ayam akan mengalami bacterimia (bakteri sudah beredar ke seluruh pembuluh darah) tahap awal. Masa inkubasi (waktu mulai masuknya bibit penyakit hingga menimbulkan gejala klinis) berlangsung selama 4-9 hari dan umumnya menyerang ayam berumur 3 bulan ke atas. Gejala klinik terdiri dari bentuk per akut, akut dan bentuk kronis.

Gejala bacterimia biasanya ditandai dengan :

  • Penurunan nafsu makan
Penurunan nafsu makan pada awalnya ditandai dengan mundurnya waktu habis pakan yang berlanjut dengan menurunnya jumlah konsumsi pakan pada ayam. Apabila ayam menunjukkan penurunan nafsu makan maka peternak harus curiga terhadap indikasi penyakit tertentu ataukah memang hanya dikarenakan stres
  • Ayam tampak lesu dan mengantuk
Dengan adanya penurunan nafsu makan dan minum maka akan berdampak pada kondisi tubuh yang lemah
  • Demam yang ditandai dengan kloaka kering dan peningkatan suhu badan mencapai 2-3oC
  • Saat kontrol pada malam hari, terkadang akan terdengar suara ngorok disertai sedikit getaran karena adanya lendir

Sedangkan gejala klinis terbagi menjadi 3 bentuk yaitu :

  • Perakut
Pada bentuk perakut, ayam tiba-tiba mati tanpa ditandai adanya gangguan/gejala klinik sebelumnya kejadian ini bersifat eksplosif
  • Akut
Gejala akut kerap kali ditemukan pada beberapa jam sebelum terjadi kematian. Gejala yang tampak adalah penurunan nafsu makan, bulu mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan, lama-kelamaan akan berwarna kehijauan disertai mucus (lendir), peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membesar.
Mengenal penyakit kolera pada ayam
Pial dan jengger membengkak dan berisi masa mengkeju


Kematian dapat berkisar antara 0-20%. Selain itu, kejadian penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan penurunan berat badan. Kerugian yang lain adalah meningkatnya biaya pengobatan.
  • Kronis
Pada bentuk kronis, dimana penyakit berlangsung lama (berminggu-minggu hingga berbulan-bulan) dengan virulensi bakteri rendah. Gejala yang nampak sehubungan dengan adanya infeksi lokal pada pial, sendi kaki, sayap dan basal otak. Gejala yang terlihat biasanya terjadinya pembengkakkan pada pial, infeksi pada kaki.

Perubahan Patologi Anatomi
Perubahan patologi anatomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi sesuai derajat keparahannya.
  • Akut
Lesi yang nampak biasanya terkait dengan kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan. Perubahan yang terlihat berupa perdarahan ptechiae pada berbagai organ visceral terutama pada jantung, hati, paru-paru, lemak jantung maupun lemak abdominal. Selain itu juga sering ditemukan perdarahan berupa ptechiae dan echimosa pada mukosa usus. Hal ini disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat aktivitas endotoksin. Hati akan terlihat membesar dan berwarna belang.

Pada kasus akut, tidak jarang pula ovarium pada folikel dewasa membubur atau mengalami perdarahan hemorhagi. Apabila kondisi sudah demikian maka terjadi penurunan produksi.
  • Kronis
Fowl Cholera bentuk kronis biasanya ditandai dengan adanya infeksi lokal yang dapat ditemukan pada persendian tarsometatarsus, bursa sternalis, telapak kaki, rongga peritonium dan oviduk. Selain itu, terkadang juga diikuti oleh infeksi/peradangan di daerah pernapasan.

Diagnosa Banding


Dalam melakukan diagnosa penyakit, tidak dapat hanya dilihat dari satu gejala klinis atau satu perubahan patologi anatomi saja karena terdapat beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis yang hampir mirip. Oleh karenanya dalam mendiagnosa diperlukan beberapa kumpulan sejarah penyakit, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi. Akan lebih meyakinkan lagi apabila diagnosa didukung dengan pemeriksaan uji laboratorium.

Adanya perdarahan berupa ptechiae pada lemak jantung merupakan gejala yang mirip dengan penyakit ND maupun AI. Kejadian enteritis (radang usus) memiliki banyak kesamaan penyakit seperti colibacillosis. Adanya gangguan pada pernapasan sering dikelirukan dengan kejadian CRD maupun korisa.

Pengendalian dan Pencegahan

Pepatah mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Hal tersebut juga berlaku pada pencegahan fowl cholera sebelum kerugian material lebih besar lagi. Pencegahan kolera terutama ditujukan untuk menghilangkan sumber dari bakteri P. multocida beserta vektornya untuk mencegah penularan lebih lanjut. Prinsip pencegahan penyakit tersebut adalah :
  • Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam
Dalam mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam maka langkah yang dapat ditempuh adalah dengan istirahat kandang, sanitasi dan desinfeksi kandang beserta peralatannya. Istirahat kandang minimal selama 2 minggu dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi.

Dengan berpegang pada teori bahwa jika bibit penyakit tidak mendapatkan induk semang (hospes) serta lingkungan yang sesuai maka lama-kelamaan bibit penyakit tersebut akan mati atau setidaknya kemampuan menginvasi (menyerang hospes) akan melemah. Di sinilah tujuan istirahat kandang yang sebenarnya sehingga bibit penyakit dapat ditekan seminimal mungkin. Selain dengan istirahat kandang, perlu didukung dengan sanitasi dan desinfeksi secara ketat. Desinfeksi kandang kosong bisa dilakukan dengan menggunakan Sporades, Formades atau Mediklin. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep.
  • Mencegah kontak antara bibit penyakit dengan ayam
Meskipun populasi bibit penyakit di lapangan sudah dalam batas minimal, kita tidak boleh lengah sedikitpun serta tetap harus waspada terhadap penularan penyakit karena sumber penyakit tersebut dapat datang sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun tanpa permisi. Untuk mendukung langkah tersebut maka perlu dilakukan pencegahan kontak antara bibit penyakit dengan ayam.

Langkah pencegahan tersebut dengan cara :
  • Mengatur lalu lintas karyawan, pekerja, tamu, kendaraan, hewan piaraan maupun hewan liar yang bisa menjadi sumber penularan
  • Pemeriksaan sumber-sumber air minum karena tidak menutup kemungkinan bibit penyakit masuk melalui air minum. Berikan antiseptik (Antisep, Neo Antisep atau Medisep) minimal 3x seminggu terutama jika saluran air menggunakan pipa pralon panjang
  • Penyimpanan pakan dan transportasi ransum harus benar
  • Pemberantasan vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat dengan menggunakan insektisida. Lakukan kontrol yang teratur dan terprogram terhadap rodentia yang berkeliaran di kandang. Berdasarkan pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa vektor tersebut merupakan sumber penularan yang cukup tinggi
Mengenal penyakit kolera pada ayam
Tikus dan lalat merupakan vektor penularan fowl cholera
  • Meningkatkan daya tahan tubuh ayam
Ketahanan tubuh ayam paling utama ditentukan oleh faktor ransum yang didukung dengan kondisi lingkungannya. Dengan melakukan monitoring terhadap konsumsi ransum maka secara tidak langsung hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan ketahanan tubuh ayam. Daya tahan tubuh ayam akan menjadi lebih baik pada lingkungan dengan kadar amonia rendah, tidak berdebu, cukup oksigen, temperatur dan kelembaban sesuai serta tidak over crowded (kepadatan berlebih).

Dengan demikian maka yang harus diperhatikan adalah suhu dan kelembabannya, ventilasi kandang serta kualitas litter atau sekam.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh maka dapat dilakukan pemberian multivitamin berupa Fortevit maupun Vita Stress yang dapat diberikan melalui air minum. Selain meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin juga berfungsi dalam membantu pertumbuhan dan mengatasi stres, mencegah penyakit akibat kekurangan vitamin serta mampu memperbaiki efisiensi ransum.

Bagaimana Jika Terjadi Outbreak Fowl Cholera??

Fowl cholera merupakan penyakit bakterial sehingga dapat diatasi dengan pemberian antibiotik. Pengobatan dapat dilakukan melalui air minum maupun suntikan. Pemilihan pengobatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit, jumlah populasi ayam dan umur kejadian penyakit. Untuk kasus ringan maka dapat diberikan antibiotik yang dapat diaplikasikan melalui air minum seperti Amoxitin, Proxan-S, Proxan-C atau Coliquin. Sedangkan jika kejadian sudah parah maka pemilihan antibiotik yang diberikan secara suntikan seperti Gentamin, Medoxy LA, Medoxy-L atau Vet Strep.

Pemberian obat tersebut hendaknya dilakukan sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertera pada leaflet atau etiket produk. Obat hendaknya diberikan secara tuntas meskipun ayam telah menunjukkan tanda-tanda sembuh. Misalnya, pada aturan pakai Proxan-C tertera dosisnya 1 ml per 2 liter air minum atau 0,1 ml tiap kg berat badan yang diberikan selama 3-5 hari, namun pada 2 hari pemberian obat ayam sudah menunjukkan kesembuhan. Meskipun demikian, pemberian Proxan-C hendaknya tetap dituntaskan sampai hari ke-3 atau ke-5 pengobatan. Tujuannya agar bakteri kolera benar-benar telah terbasmi. Jika lama pengobatan diperpendek dapat memicu terjadinya resistensi obat. Resistensi juga dapat dipicu karena dosis pemberian obat yang lebih sedikit dibandingkan dosis yang direkomendasikan. Oleh karena itu, saat pemberian obat perlu dipastikan dosis dan lama pemberiannya. Selain itu, kualitas air juga perlu diperhatikan, baik tingkat keasaman (pH) maupun kesadahan (kandungan ion Ca2+, Mg2+ dan Al3+).

Untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri P. multocida juga dapat dilakukan dengan rolling (pergantian) antibiotik. Rolling antibiotik sebaiknya dilakukan setiap 3-4 periode pemberian. Rolling obat kolera ini tidak dimaksudkan pergantian merk obat yang digunakan, namun lebih kearah pergantian golongan antibiotik dalam obat. Contoh rolling pemberian antibiotik untuk mengatasi kasus kolera tertera pada tabel 3. Hal yang perlu kita cermati ialah rolling antibiotik ini tidak hanya dilakukan untuk menggantikan golongan antibiotik yang lama dengan antibiotik golongan terbaru, namun juga berlaku untuk sebaliknya. Mungkin saat ini golongan antibiotik yang banyak digunakan dan dipercaya ialah dari golongan floroquinolon. Namun jika terjadi resistensi pada golongan antibiotik ini bisa diganti (di-rolling) dengan antibiotik golongan lainnya, seperti golongan tetrasiklin.

Pengobatan suatu penyakit tidak akan berhasil optimal tanpa didukung biosecurity dan managemen pemeliharaan yang bagus. Segera ambil ayam yang sudah mati dari kandang karena ayam mati juga merupakan sumber penularan ayam yang tinggi. Jika perlu amati titik-titik kritis (sejarah kasus) dimana sering terjadi insiden fowl cholera sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat diberikan antibiotik untuk pencegahan sedini mungkin.

Pemberian vitamin, seperti yang terkandung dalam Vita Stress, Fortevit atau Vita Strong juga akan membantu mempercepat proses kesembuhan (recovery). Vitamin akan membantu proses metabolisme dalam tubuh ayam berlangsung secara optimal sehingga stamina tubuh optimal dan proses kesembuhan menjadi lebih cepat.

Penyemprotan desinfektan maupun penambahan desinfektan pada air minum juga dapat dilakukan untuk menekan penyebaran bakteri kolera. Desinfektan yang dapat digunakan antara lain Antisep, Neo Antisep atau Medisep. Hanya saja perlu kita perhatikan pada saat kita menambahkan desinfektan tersebut pada air minum jangan memberikan vitamin atau obat yang dilarutkan pada air minum karena dapat menurunkan atau merusak daya kerja obat dan vitamin tersebut.

Serangan kolera dapat mengakibatkan kematian mencapai 20% dan penurunan produktivitas. Oleh karena itu kolera perlu dikendalikan dengan baik.
Semoga bermanfaat .